setiap kekecewaan bisa jadi pelajaran.

Kali ini gue kecewa lagi untuk yang sekian kali. Gue terlalu menaruh harapan tinggi kalo dia orangnya. Gue begitu bukan tanpa alasan, nyaman, bahagia, tenang, dan menyenangkan kalo berdua bareng dia. Bahkan ga sedikit orang yang bilang wajah kita mirip. Wajar kalo gue terlalu yakin dengan dia.

Selama gue memiliki perasaan suka sama seseorang, gue rasa belum pernah seserius dan sesemangat ini berjuang buat dapetin dia.  Waktu tenaga pikiran bahkan materi gue lupakan demi dia. Apa gue terpaksa? Sungguh ENGGA sama sekali.  GUE BAHAGIA PERJUANGIN DIA.

Banyak hal yang menurut gue sepele tapi membahagiakan banget kalo berdua sama dia, apalagi kalo bercanda. Masalah-masalah yang dateng untuk kita berdua selama ini pun terselesaikan. Bahkan gue rasa dengan masalah itu kita makin kuat. Sampe gue rasa sudah waktunya gue resmikan dengan kata "status" karna gue dan dia udah sedekat nadi dan secocok pahit dengan kopi. Tapi dia anggap "belum" kita belum sedekat itu dan secocok itu.

Gue gatau apa yang membuat dia belum yakin dengan gue. Yang jelas saat itu gue harus bisa yakinin dia. Tapi gimana caranya? Gue gatau lagi. Gue gatau harus menunjukkan apa lagi. Gue rasa gue udah menunjukkan semuanya(?)

Sifat gue? Ya gue rasa dia bisa menelaah sifat-sifat gue selama kita dekat. Apa yang gue suka dan apa yang gue ga suka. Sifat dia? Jangan tanya. Gue udah catat seluruhnya apa yang dia suka dan yang dia gasuka. Awalnya gue sering berbuat kesalahan tapi selalu gue coba perbaiki. Demi dia. Dia begitu juga? Gue rasa belum. Dia belum perbaiki apa yang gue rasa salah. Dia masih tetap pada pendiriannya. Yang kadang itu membuat gue kecewa.

Terus menerus kita lanjutkan proses ini dengan kedok "udah separuh jalan" dan disitu gue lagi lagi percaya sama dia. Kita memupuk lagi keyakinan gue sama dia. Bedanya gue berlari dia berjalan. Gue berjalan dia tiarap. Gue tiarap dia diam. Itu yang gue rasakan. Kecewa.

Sampe akhirnya bom meledak pada waktunya. Puncaknya malam itu ketika lagi lagi dia mengulangi hal yang sama dan vital nenurut gue. Disitu gue mulai tersadar "selama ini gue dianggap apa? Dia liat gue ga disini?". Bener- bener ngerasa bodoh dan ga dianggap malam itu. Saat itu juga gue akhiri perjuangan gue buat dia. Gue bilang apa yang gue rasa kedia. Dan ketika bomnya meledak tepat di depan dia, dia ga sepeduli itu. Dia biarkan bom itu meledak. Ketika gue bilang akan pergi dia sama sekali ga melarang gue. Dan gue pergi.

Dan malam tadi, gue mimpiin dia. Hal yang paling gue takutkan terjadi di mimpi itu. Entah lebay entah drama yang jelas ini baru mimpi "dia nikah sama orang yang acara resepsinya gue hadiri" entah kalo hal ini terjadi gue bakal gimana. Karna gue dan dia berakhir sebelum saling memiliki.

Dari setiap cinta kita bisa belajar banyak. Dari dia gue belajar banyak sekali. Satu hal dari apa yang gue rasain. "sebetulnya kesedihan itu bukan ketika lo butuh dia terus dia gaada, kesedihan itu ketika lo ada tapi lo ga dibutuhkan".

Terima kasih atas semua pelajaran ini. I"ll be better. Thanks a lot ynf :)

Dan makasih udah menjadi pendengar dan pembaca curhatan gue ini :)

Comments

Popular Posts